Air terjun ini mungkin hanya seperti air yang mengalir dari sebuah ember (abis keciiiil banget), tapi kalau di musim hujan bisa berubah jadi besar banget loh aliran airnya. Dan aliran ini akan mengalir ke sebuah danau yang mungil, sebelum akhirnya menyusuri sungai yang menjadi satu-satunya sumber air bagi penduduk disini.
Air terjun ini terletak berdekatan dengan pelabuhan Atapupu, Kab. Belu, Nusa Tenggara Timur. Ada sebuah jalan kecil di sebelah kanan jalan (jika dari arah kota Atambua), setelah jalanan setapak Gereja Tua dari bukit Maria. Letaknya yang tersembunyi dan tidak banyak orang yang tahu, membuat agak sedikit sulit untuk menemukannya. So, setelah sempet nyasar ke bukit Maria, dan pemakaman katolik yang sepiiiiiii dan buntu, akhirnya sampe juga ke tempat tujuan. Mobil terpaksa kami tinggalkan jauh di depan rumah penduduk, karena jalanan yang ada hanya jalanan setapak yang hanya bisa dilalui kendaraan beroda dua.
Tapi perjalanan ke air terjun cukup menyenangkan, tidak begitu jauh tapi masih ada rasa petualang yang terasa. Hal itu dikarenakan jalur yang kami tempuh masih sangat alami. rumah penduduk juga sudah tidak tampak lagi disekitar. Hanya kumpulan rumput ilalang kering, pohon jati dan bukit-bukit kapur yang terlihat. Ciri khas dari alam Rai(tanah) Belu, kering dan panas. Walaupun masih ada beberapa pohon yang masih terlihat hijau, tapi itu tidak sebanyak pohon meranggas yang telah berguguran daunnya.
Sebelum mencapai air terjun kita akan menemui aliran-aliran kecil air yang bermuara dilubang-lubang batu seperti ini. Ini adalah terowongan kecil yang terisi rembesan air dari danau yang sangat bersih dan jernih. cukup untuk membuat telapak kaki kita adem dan trasa Nyesss setelah menemouh perjalanan. Begitu sampai, sempet narsis dulu. Ini saya bersama kawan-kawan sekantor suami saya di KPPN Atambua.
Bersama Pakde Nirwono, Pak Yohanis, Pak Riduan, anak saya, dan suami didepan air terjun. Abis itu nyebur deh... byurrrr. Airnya jernih dan gak akan bisa sakit kulit, karena memang jarang yang mandi disini. Kicauan burung gereja, kutilang dan kawan-kawannya terdengar dai pohon-pohon sekitar. Sejenak saya lupa bahwa saya berada di tanah tandus Belu. karena pepohonan di sekitar air terjun sangat subur dan hijau. Berbeda dengan pepohonan yang hidup kebanyakan disini.
Ayo yang mau mandi, gratis... Nadhif awalnya takut, tapi lama-kelamaan kesenengan, apalgi digendong pakde terus di air.
Oh iya ada yang unik dalam perjalanan pulang kami. Ada sebuah batang pohon berkepang yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kayanya jadi tempat istirahat bagi penduduk yang lagi mencari kayu bakar dan bambu-bambu liar kering.
Bukit Kapur yang menjulang, tandus dan kering. Huft panasnya...
Nah yang ini ikannnya bukan dari danau tadi yaaa guys. Ini hasil tangkapan nelayan yang berlabuh di dermaga Atapupu. Banyak ikan segar yang ditawarkan disana. Ok, kayanya segini dulu cerita saya, nanti lainkali saya lanjutkan lagi.
Thanks untuk Pakde Irwan Nirwono, Pak Riduan dan Pak Yohanis yang sudah mengajak kami berpetualang mencari air terjun mini ini.
0 komentar:
Posting Komentar